Sabtu, 26 Februari 2011

KLORAMFENIKOL

Pendahuluan
  • Diproduksi oleh Streptomuces venezuelae.
  • Pertama kali diisolasi oleh David Gottlieb dari sampel tanah di Venezuela pada tahun 1947.
  • Diperkenalkan dalam pengobatan klinis pada tahun 1949.
  • Penggunaannya cepat meluas setelah diketahui obat ini efektif untuk berbagai jenis infeksi.
 
Golongan Obat
  • Berspektrum luas.
  • Kloramfenikol termasuk ke dalam golongan antibiotik penghambat sintesis protein bakteri.
Dosis dan Aturan pakai
  • Dewasa: 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
  • Anak: 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.
  • Bayi < 2 minggu: 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Setelah umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4 dosis tiap 6 jam.
Farmakokinetik
A. Absorbsi
  • Diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailability 75% sampai 90%. 
  • Kloramfenikol oral : bentuk aktif dan inaktif prodrug, 
  • Mudah berpenetrasi melewati membran luar sel bakteri. 
  • Pada sel eukariotik menghambat sintesa protein mitokondria sehingga menghambat perkembangan sel hewan & manusia. 
  • Sediaan kloramfenikol untuk penggunaan parenteral (IV) adalah water-soluble.
B. Distribusi
  • Kloramfenikol berdifusi secara cepat dan dapat menembus plasenta.
  • Konsentrasi tertinggi : hati dan ginjal 
  • Konsentrasi terendah : otak dan CSF (Cerebrospinal fluid). 
  • Dapat juga ditemukan di pleura dan cairan ascites, saliva, air susu, dan aqueous dan vitreous humors.

C. Metabolisme
  • Metabolisme : hati dan ginjal 
  • Half-life kloramfenikol berhubungan dengan konsentrasi bilirubin. 
  • Kloramfenikol terikat dengan plasma protein 50%; ↓pasien sirosis dan pada bayi.
D. Eliminasi
  • Rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah pada metabolisme hepar ke inaktif glukuronida.
Farmakodinamik
  • Mekanisme:menghambat sintesis protein kuman. 
  • Masuk ke sel bakteri melalui diffusi terfasilitasi. 
  • Mekanisme resistensi : inaktivasi obat oleh asetil trensferase yang diperantarai oleh factor R. Resistensi terhadap P. aeruginosa, Proteus dan Klebsielaterjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri
Penggunaan Klinis
1. Demam Tifoid
  • Dosis: 4 kali 500mg /hari sampai 2 minggu bebas demam. Bila terjadi relaps, biasanya dapat diatasi dengan memberikan terapi ulang 
  • Anak:dosis 50-100 mg/kgBB sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10 hari
2.Meningitis Purulenta
  • Kloramfenikol+ampisilin
3. Ricketsiosis
  • Dapat digunakan jika pengobatan dengan tetrasiklin tidak berhasil 
 
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
  • Hanya digunakan untuk infeksi yang sudah jelas penyebabnya kecuali infeksi berat. 
  • Pemeriksaan hematologik berkala pada pemakaian lama  
  • Keamanan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui dengan pasti. 
  • Penderita dengan gangguan ginjal, bayi prematur dan bayi baru lahir (< 2 minggu). 
  • Drugs interaction: obat-obatan dimetabolisme enzim mikrosom hati seperti dikumarol, fenitoin, tolbutamid dan fenobarbital.

Efek Samping
1. Reaksi Hematologik
  • Terdapat dua bentuk reaksi:
  1. Reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum tulang. Berhubungan dengan dosis, progresif dan pulih bila pengobatan dihentikan. 
  2. Prognosisnya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat ireversibel. Timbulnya tidak tergantung dari besarnya dosis atau lama pengobatan. 
2. Reaksi Alergi
  • Kemerahan pada kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis. 
  • Kelainan yang menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan demam typhoid.
3. Reaksi Saluran Cerna
  • Mual, muntah, glositis, diare dan enterokolitis.
 
4. Syndrom Gray
  • Pada neonatus, terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi (200 mg/kgBB).
5. Reaksi Neurologis
  • Depresi, bingung, delirium dan sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik dapat juga timbul terutama setelah pengobatan lama.

6. Interaksi dengan Obat Lain
  • Kloramfenikol menghambat enzim sitokrom P450 irreversibel   memperpanjang T½ (dicumarol, phenytoin, chlorpopamide, dan tolbutamide).
  • Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan antagonis kerja bakterisidal penisilin dan aminoglikosida.
  • Phenobarbital dan rifampin mempercepat eliminasi dari kloramfenikol.


Daun Selasih Mekah (Ocimum gratissimum)

Taksonomi
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Tracheophyta
Class               : Magnoliopsida
Familia            : Lamiaceae
Species           : Ocimum gratissimum

Makroskopis
  • Berbunga putih dan ungu
  • Merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi antara 80-100 cm 
  • Batang berkayu segiempat, berbulu berwarna kecoklatan 
  • Daun tunggal, bulat,lancip, tepi bergerigi, panjang daun 4-5 cm, lebar 6-30 mm
  • Tanaman mudah tumbuh di ladang atau tempat terbuka lainnya
Mikroskopis
DAUN
Pada tanaman Ocimum gratissimum, susunan daun dikotilnya terdiri dari :
  • Lapisan kutikula / lilin (selapis)
  • Epidermis atas (pada tanaman muda ditemukan trikomata)
  • Jaringan mesofil (daging daun), mengandung kelenjar minyak atsiri yang dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri.
  • Berkas Pengangkut : Xylem , Floem (tersusun teratur)
  • Epidermis bawah (terdapat stomata/mulut daun)
BATANG
  • Jaringan Parenkim korteks, terdapat kolenkim sebagat jaringan penguat
  • Lapisan Endodermis (2 lapis)
  • Stele (silinder pusat), terdiri dari berkas pengangkut Xylem (terdapat serabut sklerenkim) dan Floem yang tersusun melingkar teratur berselang-seling (ukuran xylem lebih besar daripada floem)
  • Empulur dan Jari-jari empulur pada pusat stele
AKAR
·         Susunan anatomi akar hampir sama (identik ) dengan anatomi pada batang, Hanya saja pada akar tidak terdapat empulur dan jari-jari empulur (tidak ada perkembangan Xylem).

Bagian yang mengandung Minyak Atsiri
Pada Selasih Mekah (Ocimum gratissimum) yang mengandung minyak atsirinya adalah bagian daunnya. Di dalam daun Selasih Mekah (Ocimum gratissimum) terdapat jaringan mesofil yang mengandung minyak atsiri.

Cara memperoleh Minyak atsiri dari daun Selasih mekah (Ocimum gratissimum)
Cara memperoleh minyak atsirinya yaitu dengan cara penyulingan dengan air dan uap atau dengan destilasi uap + air. 
Proses Destilasi uap + air
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan akan memisah antara air dan minyak atsiri.